Selasa, 29 Maret 2011

VLC Player 1.1.6 The Newest

Salah satu alternatif media player yang terbaik. Bisa memutar file yang berformat mkv, avi, mpeg, atau yang lain.
Download VLC 1.1.6 Di Sini

Selamat mencoba...

Jumat, 25 Maret 2011

Allah Memberi Kekayaan dengan Adil

Kategori Tafsir, Tazkiyatun Nufus, Ibnu Qayyim Al Jauziyah

Allah Ta’ala berfirman,


وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

 “Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”(QS. Asy Syuraa: 27)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.”

Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”

Dalam sebuah hadits disebutkan,
إن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا بالغنى ولو أفقرته لكفر، وإن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا الفقر ولو أغنيته لكفر
Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika Allah memberikan kekayaan padanya. Seandainya Allah membuat ia miskin, tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika Allah memberikan kemiskinan padanya. Seandainya Allah membuat ia kaya, tentu ia akan kufur”.
Hadits ini dinilai dho’if(lemah), namun maknanya adalah shahih karena memiliki dasarshahih dari surat Asy Syuraa ayat 27.

Ada yang Diberi Kekayaan, Namun Bukan Karena Kemuliaan Mereka

Boleh jadi Allah memberikan kekayaan dalam rangka istidroj, yaitu agar semakin membuat seseorang terlena dalam maksiat dan kekufuran. Artinya disebabkan maksiat atau kesyirikan yang ia perbuat, Allah beri ia kekayaan, akhirnya ia pun semakin larut dalam kekayaan tersebut dan membuat ia semakin kufur pada Allah. Ia memang pantas diberi kekayaan, namun karena ia adalah orang yang durhaka. Kekayaan ini diberikan hanya untuk membuat ia semakin terlena dan bukan karena dirinya mulia.

Jadi pemberian kekayaan bukanlah menunjukkan kemuliaan seseorang, namun boleh jadi adalah sebagai istidroj (yaitu untuk semakin menjerumuskannya dalam maksiat). Sebagaimana dapat kita lihat dalam kisah musyrikin Mekkah dalam surat Al Qolam. Allah subhanahu wa ta’ala mengisahkan,
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ (17) وَلَا يَسْتَثْنُونَ (18) فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ (19)
Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akanmemetik (hasil)nya di pagi hari.dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin),lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur.” (QS. Al Qolam: 17-19), silakan lihat sampai akhir kisah dalam surat tersebut.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan,

“Orang-orang yang berdusta ini diuji dengan kebaikan dan harta yang melimpah untuk mereka. Mereka diberikan harta yang begitu banyak, juga diberikan keturunan, umur yang panjang, dan semacamnya yang sesuai dengan kemauan mereka. Dan pemberian ini bukanlah diberikan karena kemuliaan mereka di sisi Allah. Akan tetapi ini adalah istidroj (untuk membuat mereka semakin terlena dalam kekufuran) tanpa mereka sadari.”

Kesimpulan

Allah memberi kekayaan sesuai dengan keadilan Allah, Dan ia pun tahu kondisi terbaik untuk seorang hamba. Namun perlu diketahui, seseorang diberi kekayaan ada dua kemungkinan:

Pertama: Itulah yang Allah takdirkan karena itulah yang pantas untuknya. Jika diberi kefakiran, malah ia akan kufur pada Allah.

Kedua: Boleh jadi juga karena istidroj yaitu membuat seorang hamba semakin terlena dalam maksiat dan kekufuran. Karena Allah berfirman,
 
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), maka Allah terus akan memalingkan hati mereka.” (QS. Ash Shof: 5).

Kita harusnya mewaspadai kemungkinan yang kedua ini. Jangan-jangan kekayaan yang Allah beri malah dalam rangka membuat kita semakin larut dalam maksit, syirik dan kekufuran.

Sehingga jika sudah kita mengerti hal ini, maka kita mesti iri pada orang yang memiliki kekayaan lebih dari kita. Itu memang pantas untuknya, mengapa kita mesti iri?! Begitu pula dari penjelasan ini seharusnya semakin membuat kita bersyukur pada Allah atas nikmat harta yang Allah beri. Mensyukurinya adalah dengan memanfaatkannya dalam kebaikan.

Semoga Allah beri taufik. Sungguh terasa nikmat jika kita dapat terus mengkaji Al Qur’an walaupun sesaat.


          Written by Muhammad Abduh Tuasikal at www.muslim.or.id

Kamis, 24 Maret 2011

KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia) Offline v1.1


KBBI versi 1.1 ini merupakan versi offline dari KBBI Daring ( edisi III) yang ada di Pusat Bahasa http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. Dibanding versi online Kamus ini mempunyai beberapa keunggulan, dan selain itu Kamus ini Gratis (freeware) dan bebas disebarluaskan dengan syarat tidak mengubah software.

KBBI v1.1 ini bersifat portable sehingga tinggal download dan jalankan, tanpa perlu install.


KBBI ini tidak ada petunjuk penggunaan atau file bantuan, karena penggunaannya sangat mudah, tinggal memasukkan kata yang akan dicari dan tekan enter atau klik tombol cari, maka akan ditampilkan arti kata yang dimaksud jika ada.
 
Arti yang ditampilkan sudah di format sedemikian rupa agar memudahkan pengguna membaca dan mencari definisi kata yang dimaksud. Dua kolom sebelah kiri merupakan hasil kata pencarian, dengan penjelasan :
  • Kolom atas merupakan daftar kata yang merupakan kata dasar
  • Kolom kedua merupakan hasil pencarian, tetapi tidak didapatkan pada kata dasar tetapi pada kata turunan atau majemuk ( di istilahkan dengan sub lema kalau tidak salah)
Bagian Kanan merupakan definisi kata yang ditampilkan dengan warna yang memberikan arti sebagai berikut :
  • Warna merah dengan latar kuning adalah lema (kata dasar)
  • Warna merah dengan nomor adalah banyaknya arti aatu definisi kata
  • warna merah saja tanpa latar merupakan sub lema atau kata turunan
  • warna biru adalah jenis kata atau termasuk dalam istilah apa
  • warna hitam adalah arti aau definisi kata
  • warna hijau adalah contoh penggunaan kata dalam kalimat
  • warna ungu adalah contoh dalam peribahasa
  • Warna hitam dengan background hijau merupakan hasil pencarian yang terdapat pada sub-lema atau kata turunan 

Download KBBI v1.1 Di Sini


Semoga bermanfaat.....

                                                           taken from ebsoft.web.id


IDM v6.04.2 The Latest

Ini dia IDM yang terbaru versi 6.04.2. Pada dasarnya tidak jauh beda dengan versi yang lama tapi tetap sama-sama mantab untuk download.





Selamat mencoba..
 

Selasa, 22 Maret 2011

IDM 5.19.3 The Best Downloader

Meskipun ini bukan IDM versi yang terbaru tapi tidak kalah bagusnya,,yang jelas tetep bisa digunakan untuk download sepuasnya.


Selamat mencoba...

Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له 

أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)[1].

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi[2].

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini: 

- Orang yang cinta kepada akhirat akan memperoleh rezki yang telah Allah tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berbeda dengan orang yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya dengan susah payah lahir dan batin[3]. Salah seorang ulama salaf berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan) maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam musibah (penderitaan)[4].

- Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata[5], “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga[6].

- Kekayaan yang hakiki adalah kekakayaan dalam hati/jiwa. Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa[7].

- Kebahagiaan hidup dan keberuntungan di dunia dan akhirat hanyalah bagi orang yang cinta kepada Allah dan hari akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah Ta’ala berikan kepadanya[8].


- Sifat yang mulia ini dimiliki dengan sempurna oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan inilah yang menjadikan mereka lebih utama dan mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan generasi yang  datang setelah mereka. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian lebih banyak berpuasa, (mengerjakan) shalat, dan lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) dibandingkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi mereka lebih baik (lebih utama di sisi Allah Ta’ala) daripada kalian”. Ada yang bertanya: Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman? Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan lebih cinta kepada akhirat”[9].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين


Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthon, MA

Rabu, 16 Maret 2011

Winamp Pro 5.581 Terbaru

Belum punya Winamp Seri terbaru ? Di sini tempatnya download..





Informasi :
1. Ekstrak file dengan Winrar
2. Double klik pada winamp 5581 pro.exe untuk install
3. Setelah selesai install registrasi dulu serial numbernya, baru dengerin musik dengan winamp pro.

Download Winamp Pro 5581 


Selamat menikmati...

Sabtu, 12 Maret 2011

Bus Driver

Buat sobat yang suka game adventure, tapi yang satu ini berpetualangnya di kota naik bus. Iya, karena jadi sopir bus nganter penumpang sampai tujuan dengan selamat dan nyaman.

unduh Bus Driver di sini                               

Selamat bermain....

Rabu, 09 Maret 2011

Perjuangan Mendatangkan Pertolongan

Beberapa hari  telah berlalu. Rasulullah saw berangkat meninggalkan Madinah menuju Tabuk. Di tengah hari yang sangat panas, Abu Khaitsamah pulang ke rumahnya. Ia tidak ikut berangkat ke Tabuk bersama dengan Rasulullah ketika itu. 


Sesampainya di rumah ia disambut dua orang istrinya yang duduk di pelaminan di rumahnya yang indah. Di hadapan istrinya itu telah dihamparkan sajian makanan kesukaannya. Tidak ketinggalan pula air penyejuk ruangan hingga mereka tidak kepanasan.

Melihat panorama yang sangat menggoda itu, Abu Khaitsamah tertegun di depan pintu rumahnya. Udara yang sejuk di dalam rumah, dua istri yang cantik di atas pelaminan, dan makanan kesukaan yang terhampar menyentakkan kesadarannya dalam titik klimak kemewahan.

Ia berkata dalam hati, menegur dirinya sendiri: “Rasulullah saw sedang  disengat terik matahari, menahan terpaan angin gurun, sementara Abu Khaitsamah duduk manis di ruangan berpendingin, dengan makanan lezat tersaji, bersama istri cantik yang mendampingi, ini tidak adil”.

Kemudian ia membalikkan badan dan berkata: “Demi Allah saya tidak akan menyentuh seorangpun dari kalian, sebelum saya berjumpa dengan Rasulullah. Ayo kalian berdua siapkan perbekalan, saya hendak menyusul Rasulullah”.
Kedua istrinya melaksanakan perintah suaminya itu dengan cepat. Segera ia menuju ke tempat ontanya ditambat dan bergegas berangkat menyusul Rasulullah.
Setelah berhari-hari melintasi bukit batu, jalan terjal, dan gurun pasir seperti umumnya daratan Jazirah Arab, Abu Khaitsamah berhasil menemukan Rasulullah yang sudah sampai di Tabuk.

Begitulah kepekaan hati sahabat Rasulullah saw. Rasa cinta yang ada dalam hati mereka tidak memberi ruang baginya untuk berbeda situasi dengan Rasulullah dalam suka dan duka. Hati Abu Khaitsamah tidak bisa menerima kesenangan dunia yang diterimanya pada saat Rasulullah dan para sahabatnya berada dalam kesulitan situasi dan beratnya medan jihad di jazirah Arab.

Tidak seperti orang-orang berpenyakit hati yang merasa mendapatkan beban berat ketika merasakan sulitnya jihad, dan berkhayal seandainya ia masih berada di luar kota sehingga tidak ikut berjihad bersama Rasulullah. Orang-orang yang merasa senang dan mendapatkan lindungan Allah ketika tidak ikut terlibat dalam perjalanan jihad yang berat.

Di Madinah pada saat perjalanan perang Tabuk ini hanya tersisa orang-orang udzur, karena sakit, tua renta, anak-anak, para wanita, dan orang yang mendapatkan tugas khusus dari Rasulullah. Para sahabat Rasulullah memahami betul bahwa kemulian dirinya itu hanya ada pada amal perbuatannya bukan pada nikmat dan kesenangan yang diterimanya.

Dalam perjalanan ini pula Abu Khaitsamah berjumpa dengan Umair ibn Wahb al-Jumahi yang juga dalam perjalanan menyusul Rasulullah karena ketinggalan. Keduanya kemudian bersama-sama melintasi jalan panjang menuju Tabuk.
Ketika sudah mendekati Tabuk, Abu Khaitsamah meminta kepada Umair bin Wahb al-Jumahi: “Sesungguhnya saya punya dosa, maka silahkan engkau meninggalkan saya, sehingga nanti saya bertemu dengan Rasulullah SAW sendirian”.
Umair bin Wahb al-Jumahi setuju dengan permintaan itu, meskipun keduanya telah berhari-hari suka dan duka bersama dalam perjalanan, namun di ujung perjalan itu keduanya harus berpisah karena ada hal pribadi yang harus saling dihormati.
Umair bin Wahb al-Jumahi memahami privasi Abu Khaitsamah, dan Abu Khaitsamah juga tidak ingin melibatkan Umair bin Wahb dalam masalah pribadi yang dihadapinya. Salah satu bentuk ta’awun sesama sahabat yang sangat unik. Tidak masuk dalam masalah pribadi orang lain yang tidak ingin diintervensi, dan tidak ingin melibatkan orang lain dalam kesalahan pribadi.

Abu Khaitsamah berjalan agak lambat di belakang Umair bin Wahb. Ketika jarak semakin dekat ke Tabuk tempat Rasulullah dan para sahabat beristirahat, beberapa orang pasukan kaum Muslimin berkata: “Ada pengendara yang sedang mendekat”. Rasulullah menjawab, “Semoga dia itu adalah Abu Khaitsamah”.
Jarak Abu Khaitsamah dengan tempat Rasulullah beristirahat semakin dekat dan kaum Muslimin yang mengamatinya itupun kemudian berkata: “Betul, Wahai Rasulullah, dia Abu Khaitsamah”.

Perkenalan dan pergaulan Rasulullah yang sangat intensif dengan para sahabatnya sehingga bisa menebak dari jauh, sosok sahabatnya itu, ketika kaum Muslimin lain belum mengenalinya. Rasulullah mengenali dengan baik cara jalan para sahabatnya.

Jarak semakin dekat, wajah letih Abu Khaitsamah bisa dengan jelas terlihat, Rasulullah menyambutnya. Abu Khaitsamah menghadap dan memberikan salam kepada Rasulullah. Setelah menjawab salam, Rasulullah SAW bersabda: “Hampir saja, kecelakaanlah bagimu dan kecelakaanlah bagimu”.
Abu Khaitsamah menceritakan pengalamannya sejak ketinggalan di Madinah tidak ikut berangkat ke Tabuk bersama Rasulullah, sambutan dua orang istri, dan kemewahan rumah tinggalnya sehingga ia menyusul Rasulullah ke Tabuk dengan lengkap.

Rasulullah mendengarkan dengan seksama cerita Abu Khaitsamah. Setelah selesai cerita Rasulullah mendoakan Abu Khaitsamah dengan doa kebaikan, dan semoga Abu Khaitsamah senantiasa dalam kebaikan.

Tidak ada kata terlambat untuk berbuat baik. Selama masih ada kemauan kuat, maka kebaikan itu insyallah akan didapat. Pertolongan Allah biasanya diberikan kepada hamba-Nya yang beramal di jalannya, kemudian ada kesulitan yang menghadangnya. Tidak ada perjuangan  tidak ada pertolongan.  

Wallahu a’lam.


                                                                      by  Muhith Muhammad Ishaq on CYBER SABILI

Selasa, 08 Maret 2011

Alasan Karier Enggan Menjadi Seorang Ibu

Hak kesetaraan gender antara wanita dan pria kian didengungkan, hingga terkesan kini apapun yang terbiasa dilakukan oleh kaum lelaki, kaum wanita pun dapat melakukannya. Hal ini kontras dengan keadaan wanita di zaman dulu, yaitu zaman kebodohan, yang bisa dibilang wanita kala itu tidak dihormati, bahkan menjadi barang komoditi dan eksploitasi. Hingga Islam lahir dengan menembus kegelapan dengan cahaya kebenaran, dan tak ada lagi wanita yang dijadikan sebagai budak.
 Sekarang para wanita bersekolah, menuntut ilmu untuk bisa meraih gelar profesi sebagai dokter, perawat, arsitek, penerjemah, guru, dan lainnya. Mereka berkarier seolah ingin dikatakan tak kalah cerdas dengan kaum lelaki. Namun para wanita bahkan notabene muslimah, kadang terlupa dengan kodrat yang Allah SWT berikan yaitu tentang peran, sebagai istri, ibu dan pendidik.

Seorang wanita ketika memilih untuk menikah, seharusnya telah mempersiapkan dirinya pula untuk bersedia menjadi seorang ibu. Akan tetapi yang ironis adalah banyak yang tidak mau untuk menjalankan peran sebagai ibu. Banyak alasan yang mereka beberkan mengapa peran yang sangat mulia ini mereka hindari. Dari alasan karier itu tadi, takut melahirkan, alasan fisik yang nantinya tak lagi ramping setelah melahirkan, hingga tak mau repot dengan urusan mendidik anak-anak mereka nantinya.

 Padahal ada keutamaan-keutamaan dalam menjalankan peran muslimah sebagai seorang ibu. Tentu kita ingat sabda Rasulullah saw bahwa “Surga berada di bawah telapak kaki ibu”, ini menunjukkan tingkat derajat kemuliaan seorang ibu. Bukan main-main, rasa cinta dan hormat akan diberikan oleh anak-anak mereka dan ridha sang ibu atas anak-anak berbuah surga untuk mereka semua.


Kemudian Abu Hurairah r.a pun meriwayatkan bahwa seseorang telah datang kepada Rasulullah saw. Dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah bersabda, “Ibumu.” Dia bertanya, “Setelah itu siapa?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Dia bertanya, “Setelah itu siapa?” Rasulullah tetap menjawab “Ibumu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Lalu siapa lagi Ya Rasul?” Rasulullah pun menjawab “Baru Bapakmu”. (HR Bukhari-Muslim).





Subhanallah, ada hikmah istimewa yang hendak disampaikan melalui sabda Rasul tersebut. Memang melakoni peran Ibu tidak lah mudah, apalagi dengan ditambah kesibukan seorang muslimah di luar rumah sebagai wanita karier. Namun, semua itu bukan alasan untuk tidak bisa atau pun tidak mau menjadi seorang ibu. Semua bisa dipelajari dan mau memulainya dengan tekad untuk belajar.

Mungkin bisa dikatakan bahwa muslimah yang memilih untuk menjadi wanita karier baik sebelum menikah maupun sesudahnya ada kiranya mereka ingin menunjukkan keeksistensian mereka, atau untuk membantu suami mencari nafkah. Tentu hal ini diperbolehkan, akan tetapi kita harus ingat bahwa wanita sebelum kawin, nafkahnya diwajibkan atas keluarganya dan setelah kawin suami lah yang bertanggung jawab sepenuhnya, walaupun wanita tersebut adalah orang kaya. Hal ini pun merujuk pada arahan  bahwa tetap peran wanita di dalam rumah sangat diharapkan, melahirkan dan mendidik anak-anak mereka etika dan pengetahuan.
 Bagaimanapun juga peran para ibu di rumah sangatlah penting, karena itu Allah memuliakan tugas mereka jika mereka mengemban amanah tersebut dengan baik. Sah-sah saja jika mereka ingin memilih untuk berkarier, namun perimbangan dalam mengurus urusan keluarga di rumah juga harus tetap diupayakan. Dengan begitu kebahagian menjadi seorang ibu tak terabaikan.
                                                                                                                                     by Khairun Nisa

Selasa, 01 Maret 2011

eli cohen

 Sedikit profil tentang sosok Eli Cohen yang saya ambil dari postingan teman di KOMPASIANA.COM, nama Eli Cohen sempat menggemparkan Indonesia gara-gara email yang dikirim ke Presiden SBY  yang berisi isu bahwa PSSI telah "menjual" final Piala AFF antara Indonesia vs Malaysia.


Berikut profil singkatnya...


Kepada Nadia, istriku, dan keluargaku yang tercinta. Aku meminta agar kalian tetap bersatu. Aku memohon kepadamu, Nadia, untuk memaafkan aku. Aku meminta agar engkau menjaga dirimu sendiri dan anak-anak, serta berusaha supaya anak-anak dididik dengan baik. Perhatikanlah dirimu sendiri dan usahakanlah agar anak-anak kita tak kekurangan apapun. Peliharalah hubungan baik dengan keluargaku. Aku ingin engkau menikah kembali agar anak-anak tak tumbuh tanpa seorang ayah. Aku berikan kepadamu kebebasan penuh untuk berbuat demikian. Aku mohon agar engkau jangan membuang-buang waktu dengan menangisi aku. Selalu berpikir untuk masa depan. Ku kirimkan ciumku yang terakhir kepadamu, Sophie, Iris, dan Shaul, serta anggota-anggota keluarga lainnya.
Jangan lupa untuk berdoa bagi arwah ayahku dan arwahku sendiri. Untuk kalian semua, kuhaturkan cium terakhir dan shalom.
-Surat Terakhir Eli Cohen sebelum menjalani hukuman gantung- (18-5-1965)
Akhir-akhir ini banyak pihak yang mengaku-aku sebagai intelijen, bahkan surat kaleng tentang PSSI dikatakan ditulis oleh seorang bernama Eli Cohen. Entah sekedar mencari sensasi atau terinspirasi dari kisah hidup seorang legenda intelijen Israel. Siapakah Eli Cohen sesungguhnya?
Eli Cohen dikenal sebagai pahlawan, agen mata-mata Israel paling terkenal, bahkan “the most impossible spy“. Lahir di wilayah Yahudi, kota Alexandria pada 16 Desember 1924 (dalam beberapa referensi disebutkan 26 Desember), dengan nama Eliahu ben Shaul Cohen, dari orangtua imigran yang berasal dari Suriah.
Eli sangat pandai dalam pendidikan sekolahnya terutama pada bidang matematika dan bahasa, dua ilmu penting dalam spionase, dan kemudian tertarik di bidang persenjataan setelah Mesir terlibat dalam perang Dunia II. Eli bahkan sempat mendaftarkan diri ke Angkatan Bersenjata Mesir, namun ditolak dengan alasan loyalitas yang diragukan, sebagaimana bangsa Yahudi lain di berbagai negara.
Israel sudah sejak lama ingin menguasai Dataran Tinggi Golan yang menjadi perbatasan dan benteng alam, Suriah - Israel. Selain strategis secara pertahanan, Dataran Tinggi Golan menyediakan sekitar 30% sumber air untuk Israel, bahkan tiga anak sungai utama Sungai Yordan; Dan, Baniyas, dan Hatzbani semua berasal dari sana. Nilai vital Dataran Tinggi Golan ini yang menyebabkan Israel berkeinginan untuk menguasainya.
Pada waktu itu, Suriah yang dibantu oleh Soviet, sedang mencoba untuk mengalihkan sumber sungai Yordan dengan tujuan Israel tidak mendapatkan sumber air untuk negaranya. Perencana Pertahanan Israel membutuhkan data yang akurat dari seorang intelijen mengenai proyek pengalihan air, rencana rekayasa, diagram, peta dan rincian lainnya meliputi rencana modernisasi militer Suriah. Hingga pada 1960 mereka memutuskan untuk merekruit Eli Cohen sebagai agen dan menerjunkannya dalam operasi spionase ke Suriah pada 1961.
Eli sudah cukup dikenal karena terlibat dalam Hacherut, sebuah gerakan pemuda Yahudi Mesir. Kemudian, Eli juga terlibat dalam Operasi Goshen, sebuah sandi operasi penyelundupan “pemulangan” ribuan orang Yahudi ke Palestina selama 1945-1948. Setelah diusir dari Mesir dan dipulangkan ke Israel akibat beberapa operasi militer & intelijen Israel terhadap Mesir, ia dipekerjakan di unit kontra-spionase di Departemen Pertahanan Israel. Hingga pada akhirnya ia meminta terjun ke lapangan karena tidak tahan bekerja di belakang meja, dan kemudian direkrut oleh Mossad, dinas Intelijen Israel yang terkenal dan memiliki motto Be’ein Tachbulot Yipoi Am Veteshua Berov Yoetz.
Setelahitu Eli Cohen dikenal dengan identitas baru bernama samaran Kamel Amin Tsa’abet, lahir di Beirut, Lebanon dari orangtua asli Suriah. Dalam perjalanan hidup fiktif dan sesuai misi intelijen pertamanya, dikatakan Kamel Amin Tsa’abet bermigrasi ke Argentina dan berdagang tekstil.
Dalam misi pertamanya di Argentina, ia berkenalan dengan Kolonel Amin Al-Hafaz (Amin Al-Hafez), atase militer Kedutaan Besar Suriah, yang kelak terpilih menjadi Presiden Suriah melalui kudeta tak berdarah pada tahun 1963. Ini pula yang menyebabkan Eli Cohen bisa masuk ke lingkaran kekuasaan Suriah.
Ada pepatah, “Seorang agen yang baik sama nilainya dengan satu divisi tentara”. Eli Cohen dianggap berjasa bagi Mossad dan Israel terutama kontribusinya dalam Perang Enam Hari (1967). Ia mendapatkan data rinti tentang posisi meriam, jumlah pasukan, tank, artileri udara Suriah sepanjang Dataran Tinggi Golan, data bunker, membangun hubungan baik di lingkungan bisnis, militer, dan partai Ba’ath. Dia adalah satu-satunya warga sipil yang diperbolehkan foto di lingkungan instalasi militer Suriah. Eli menyarankan pada pejabat milliter Suriah untuk menanamkan pohon Kayu Putih di Dataran Tinggi Golan dengan alasan kamuflase sekaligus peneduh bagi pasukan militer. Saran yang direalisasikan ini ternyata menjadi penanda titik vital militer Suriah yang dengan mudah dihancurkan Israel.
Eli Cohen hampir terpilih sebagai Deputi Menteri Pertahanan Suriah dalam kabinet Presiden Amin Al-Hafez yang sebenarnya dia dipersiapkan untuk jadi Menteri Pertahanan, karena itupula Eli Cohen selalu mendapatkan informasi teraktual dan rinci tentang militer Suriah. Bahkan sebuah rumor mengatakan, ia tinggal 3 langkah lagi menjadi Presiden Suriah.
Sampai suatu hari di bulan Januari 1965, puncak dari keluhan operator radio dari kedutaan besar India yang terletak dekat dari apartemen Eli Cohen, mengadu pada polisi karena ada gangguan komunikasi dengan sinyal tinggi di wilayah ini. Di saat yang bersamaan, aparat intelijen Suriah dibantu dengan para penasehat dari Soviet, curiga dengan adanya pengiriman melalui transmisi radio tanpa ijin. Mobil unit pemindai dikerahkan untuk melakukan pelacakan namun tidak berhasil karena waktu pengiriman berita yang dilakukan Eli Cohen sangat singkat. Selain itu, kecurigaan ini muncul karena beberapa kejadian yang seharusnya informasinya sangat rahasia, ternyata sudah diketahui oleh pihak Israel.
Beberapa hari sebelum penangkapan, tanpa sepengtahuan Eli Cohen, aparat keamanan Suriah mematikan listrik untuk wilayah tersebut. Eli Cohen menyadari kesulitan yang ia alami untuk mengirim berita ke Israel tanpa listrik, sehingga ia memutuskan menggunakan baterei. Ini pula yang menjadi kesalahan fatal Eli sehingga sinyal radio yang seharusnya tidak ada karena pemadaman listrik menjadi terbaca oleh petugas pemindai. Setelah mengalami beberapa pertimbangan, Dinas Kontra Intelijen melakukan penyergapan dan menemukan perangkat spionase milik Eli Cohen seperti pemancar, bahan peledak mini dengan daya ledak tingkat tinggi. Berakhir sudah perjalanan “the impossible spy”. Eli Cohen dihukum gantung di Martyr’s Square, di tengah kota Damaskus tanggal 18 Mei 1965. Hingga saat ini jenazahnya belum dipulangkan ke Israel.
Sebenarnya banyak agen intelijen Israel (Mossad) yang hebat, namun diantaranya adalah Eli Cohen yang paling fenomenal. Kisah hidupnya di filmkan dengan judul, The Impossible Spy (1987).


Moga dapa menambah pengetahuan kita..


 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | Free Website Templates